top of page

Memahami Dampak Jalan Terhadap Satwa Liar

  • yayasansanggabumi
  • 19 Jun
  • 2 menit membaca

Infrastruktur jalan memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi regional. Jalan menghubungkan komunitas, memfasilitasi perdagangan, dan meningkatkan akses ke layanan penting.


Di Bentarum, Kalimantan Barat, sebuah jalan yang membentang dari timur ke barat melintasi bentang alam, menghubungkan ibu kota Kapuas Hulu, Putussibau, dengan Sarawak—membawa peluang sekaligus tantangan. Meskipun mendukung mobilitas dan aktivitas ekonomi, jalan ini juga melintasi habitat alami. Untuk memahami dampak jalan tersebut, selama beberapa bulan terakhir Sangga Bumi telah melakukan survei dampak jalan.

 

Sangga Bumi Lestari team conducting a roadkill monitoring
Tim Sangga Bumi Lestari melakukan pemantauan satwa liar yang tertabrak kendaraan

Survei ini mencakup pencatatan jumlah satwa liar yang tertabrak (roadkill), pemantauan lalu lintas, dan wawancara dengan warga serta pekerja untuk memahami bagaimana jalan digunakan dan satwa apa saja yang terlihat. Informasi tambahan diperoleh dari kamera jebak yang dipasang di sepanjang jalan pada interval tertentu, yang mengungkap keberadaan dan pergerakan spesies kunci. 



Seperti banyak pembangunan infrastruktur lainnya, jalan di Bentarum dinilai positif oleh masyarakat setempat. Jalan ini telah mempermudah akses ke fasilitas umum dan pasar, serta digunakan orang banyak, terutama oleh pengendara sepeda motor.


Namun, dampaknya terhadap satwa liar lebih kompleks. Dari pemantauan roadkill, reptil (terutama ular), burung, dan mamalia kecil seperti tikus dan tupai adalah hewan yang paling sering ditemukan mati di jalan. Warga yang tinggal dan bekerja di sekitar jalan melaporkan bahwa meskipun mereka sering melihat reptil dan mamalia kecil di jalan, mereka semakin jarang melihat mamalia besar di hutan di kedua sisi jalan dibandingkan sebelum jalan tersebut diaspal, sebelum pandemi.



Kami belum menemukan bukti bahwa mamalia besar seperti orangutan atau kucing hutan melintasi jalan, dan analisis sementara kami menunjukkan bahwa jalan tersebut pada dasarnya telah membelah Bentarum menjadi dua blok habitat terpisah: utara dan selatan. Namun, survei kamera trap kami menemukan beberapa spesies yang menggunakan area hutan di pinggir jalan. Beberapa temuan tidak mengejutkan: monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan monyet ekor babi (Macaca nemestrina) adalah primata oportunistik yang sangat adaptif dan dapat bertahan di lanskap yang telah diubah oleh manusia.

Namun, kucing kepala datar (Prionailurus planiceps), kucing yang sulit ditemukan dan berstatus Terancam Punah yang biasanya menghuni lahan basah, ditemukan dalam jarak 200 meter dari jalan. Begitu pula dengan beruang madu (Helarctos malayanus), hewan pemalu yang biasanya menghindari manusia.


Trenggiling (Kritis – IUCN), Kucing Kepala Datar (Terancam – IUCN), dan Beruang Madu (Rentan – IUCN) tertangkap kamera trap, memberikan wawasan tentang spesies yang hidup di sekitar jalan
Trenggiling (Kritis – IUCN), Kucing Kepala Datar (Terancam – IUCN), dan Beruang Madu (Rentan – IUCN) tertangkap kamera trap, memberikan wawasan tentang spesies yang hidup di sekitar jalan

Temuan ini menunjukkan penggunaan habitat yang kompleks dan menegaskan perlunya melindungi area hutan di pinggir jalan serta kemungkinan menghubungkan kembali blok hutan utara dan selatan. Sangga Bumi telah mengidentifikasi 13 titik di sepanjang jalan yang berpotensi untuk konektivitas habitat, baik karena adanya tutupan kanopi, arus lalu lintas yang rendah, maupun minimnya bukti roadkill.


Seiring dengan perkembangan Indonesia, semakin banyak habitat keanekaragaman hayati yang akan berubah dampak dari infrastruktur dan perilaku manusia. Jika kita ingin mengurangi dampak terburuk dan memastikan satwa liar yang terancam dapat bertahan di lanskap yang telah diubah oleh manusia, semua pemangku kepentingan utama harus bekerja sama. Survei dampak jalan oleh Sangga Bumi akan mengarah pada pengembangan rencana pengelolaan jalan yang memastikan pembangunan ini tidak semakin mengancam satwa liar Bentarum.

Sangga Bumi Lestari adalah organisasi nirlaba Indonesia yang berdedikasi untuk meningkatkan konektivitas ekologis, melestarikan keanekaragaman hayati, dan mendukung pembangunan berkelanjutan yang dipimpin oleh masyarakat di beberapa lanskap hutan Indonesia yang berisiko.

bottom of page